Senin, 04 Mei 2015

Sepenggal pelajaran



Manusia diciptakan di dunia ini untuk beribadah kepadaNYA. Beribadah itu dengan iman dan takwa. Keimanan itu terdapat 3 hal mendasar yaitu mengucapkan dengan lisan, meyakini dalam hati dan mengamalkan dengan perbuatan sehari-hari. Dalam ajaran Islam yang tercantum dalam Al-Qur'an dan hadist sebagai pedoman umat muslim dan semesta alam, telah dijelaskan perintah dan laranganNYA. Selain itu, standar ketakwaan ada 3 hal juga yakni kesabaran, keikhlasan dan syukur. Jika ketiga hal tersebut telah terpenuhi dalam diri seseorang maka seseorang dapat dikatakan hamba yang bertakwa.
Manusia itu diciptakan sebagai pemimpin atau khalifah di muka bumi, minimal ia menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Selain itu, manusia tak bisa hidup sendiri, olehnya itu membutuhkan orang lain. Sebagai hamba Allah yang merindukan kemuliaan di mata Allah maka pandai-pandailah dalam memilih teman dan lingkungan hidup, pilihlah teman dan lingkungan yang Islami. Karena dengan begitu kita bisa senantiasa diingatkan dan dinasehati dalam kebaikan dan kebenaran.

Begitupun apa yang terjadi padaku kini. Alhamdulillah orang-orang yang berada di sekitarku adalah orang-orang yang selalu berusaha mendekatkan diri kepadaNYA, sehingga kewajiban dan hak sebagai saudara senantiasa terpenuhi.
Kali ini, ada pemikiranku yang keliru terhadap seseorang, yang mana saya belum mengenalnya lebih jauh namun sudah berprasangka buruk. Berkata untuk berprasangka positif pada orang lain yang sebelumnya terkenal kurang baik, agaknya sulit untuk berprasangka positif bahwa ia telah berubah.
Oleh karena itu, saya diingatkan bahwa jangan pernah menghina ataupun mencela orang lain yang memiliki keburukan. Karena bisa jadi nantinya kita pun bisa jadi sepertinya. Hanya kepada Allah-lah kita meminta pertolongan dan perlindungan dari godaan syetan, kekufuran, kekafiran dan kemaksiatan serta penyakit hati. Cukuplah kita mendo'akannya yang baik-baik. Cukuplah kita senantiasa muhasabah diri dengan memperbaiki diri atas kekurangan-kekurangan yang kita miliki. Cukuplah kita yang belajar dari kebaikan-kebaikan orang lain dan buanglah ingatan mengenai keburukan-keburukan orang tersebut. Bukan pula membenci orangnya, namun cukuplah membenci sikap buruknya.

Orang itu telah mengutarakan niat tulusnya padaku dan berharap saya dapat menjadi pendamping hidupnya kelak. Untuk saat ini saya sama sekali tidak memiliki perasaan padanya. Cukup dengan statement ini yang keluar dari lisanku ketika nanti akan berjumpa lagi dengan seseorang itu yang menaruh hati padaku. Cukup dengan penilaianku terhadap diriku sendiri tanpa menyinggungnya sama sekali karena penilaian terhadapnya cukuplah ia yang menilai dirinya sendiri dan tentunya saya tak mengetahui lebih jauh tentangnya kecuali dirinya sendiri dan Allah Subhanahu Wata'ala.
Jangan pernah memunculkan sikap sombong, berbangga hati, atau hal buruk lainnya. Karena apa yang kita miliki saat ini hanyalah titipan Ilahi yang sewaktu-waktu dapat kembali padaNYA. Memanfaatkan waktu dengan hal-hal baik adalah kebiasaan indah yang mesti ditanam dan dirawat sejak dini.

Terima kasih atas perasaanmu padaku dan mohon maaf yang sebesar-besarnya karena hingga saat ini saya tak memiliki perasaan apa-apa padamu. Apalah saya dengan segala keterbatasanku. Apa yang kudapatkan saat ini adalah usaha dan do'a dari kedua orangtuaku serta bagian dari usahaku juga walaupun kurasa ini belum seberapa. Dapat kukatakan masih banyak wanita yang lebih baik, lebih cantik, lebih sholeha, lebih cerdas, lebih kaya, lebih terpandang, lebih populer keluarganya daripadaku. Sekiranya kamu bisa mendapatkan pasangan hidup yang lebih tepat daripadaku.

Dari Saudarimu yang berada di kota Hujan, untuk saudaraku yang berada di DIY.