Kamis, 10 Desember 2015

LINTASAN PIKIRAN



BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
08 DESEMBER 2015
@Mushola Azy

Jauh sebelum ini, pemikiran atau ide untuk menulis telah ada, tetapi baru kali ini kesempatan itu ada. Kutahu menyimpan ide dalam pikiran itu bukanlah langkah yang bijak. Kutahu bahwa tulisan itu dapat mengikat ingatan. Akan tetapi apadayaku jika baru kali ini kuluangkan waktuku. Bukan berarti menulis itu tidak penting ataupun tidak berharga bagiku, tetapi masih ada hal lain yang mendesak dan penting yang harus dikerjakan. Nah, kadang hanya karena fokus pada suatu kerjaan dan telah selesai mengerjakannya sehingga pekerjaan yang telah direncanakan menjadi terlupakan. Mungkin bisa dikata sudah tidak mood lagi. Yah mungkin lagi karena saya tergolong orang yang moody. Tentu moody itu bukan hal yang dibuat-buat. Hal tersebut datang secara alamiah.

***
Termenung dalam lamunanku. Tersadar ketika waktu tak lagi pantas untuk berdiam diri.
Entah mengapa ketika bertemu dengannya perasaan gelisah muncul lagi. Rasa deg-degan pun ada, namun tentu itu tak seperti dulu. Sejak berada di daerah rantau saya telah melepaskannya. Melepaskan dalam arti bahwa silahkan dia menentukan jalannya sendiri. Saya sudah tak lagi menagih janji yang telah dibuat dan disepakati bersama. Yang kupahami adalah kesepakatan bersama itu hanya berlaku selama 2 tahun, sejak bulan Pebruari 2013 dan berakhir bulan Pebruari 2015. Sekarang sudah memasuki awal bulan Desember 2015. Telah berlalu selama 10 bulan dan itu bukanlah waktu yang singkat tetapi belum cukup untuk memulihkan dan mensterilkan hati. Sudah kuingatkan pada hati dan diri ini bahwa JANGAN PERNAH JATUH CINTA PADA SESEORANG YANG BELUM HALAL BAGIMU. Kalimat ini sudah berulang-ulang kuucapkan pada diriku sendiri. Nah terimplikasi pada bulan April 2015. Senang rasanya ketika kumencoba untuk bangkit dan berusaha mencoba menjadi lebih baik. Bahkan masih kental dalam pikiranku bahwa saya adalah seorang muslimah dan seyogyanya untuk selalu mengejar cintaNYA dan cinta Rasul. Mengejar cinta itu cukup mudah dan cukup sulit pula karena hanya dengan mengerjakan perintahNYA dan menjauhi laranganNYA. Teringatku pada hadist Rasulullah bahwa “surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai oleh manusia dan neraka dikelilingi oleh hal-hal yang disukai oleh manusia”. Tentu ini berkaitan dengan hawa nafsu. Apa-apa yang tidak disukai dan disukai oleh hawa nafsu. Selain itu, Allah pun tak menyukai sesuatu yang berlebihan.
Alhamdulillah hubungan kami tetap berjalan baik dan tentunya masih dalam koridor Islami. Jikalau saya lupa maka ia mengingatkan dan jikalau dia yang lupa maka saya pun yang mengingatkan. Sejak akrab dengannya ketika mengikuti komunitas bokashi-ers maka sejak saat itu kami intens berkomunikasi. Yang saya bingungkan ketika itu adalah ketika komunikasi via sms maka seolah itu cair dan santai. Namun, ketika bertatap muka atau secara langsung entah mengapa seolah ia dingin. Padahal saya kan tetap biasa saja.
Hal itu tak kuambil hati, pusing atau apapun itu. Agaknya saya kurang peduli dengan yang seperti itu. Asalkan saya tak menyakitinya ataupun berantem dengannya.
Dia adalah abang bagiku. Menurutku ia adalah satu-satunya kakak cowokku. Kakak yang kuangkat ketika ketemu gede. Lucu sih tapi itu yang membuatku nyaman dan sekali lagi tak berbuat macam-macam.
Namun, setelah waktu berjalan dan ku berada jauh dengannya, sedikit demi sedikit saya membatasi komunikasi. Sedikit demi sedikit kumenyadari apa yang selama ini kulakukan adalah salah. Salah karena telah mengganggunya. Mengganggunya sehingga ia menjadi lebih dekat denganku dan menyebabkan adanya percikan-percikan cinta di antara kami. Cinta yang tidak seharusnya ada di antara dua insan manusia yang berlainan jenis yang belum memiliki ikatan suci. Jikalau memang ia serius padaku maka ketika kita berpisah selama 2 tahun 9 bulan maka ia akan berusaha melayakkan diri untuk menemui orangtuaku dan berbicara serius dengan mereka berkaitan dengan masa depan kami. Namun, ketika kusampai disini di tanah kelahiranku tanah tempat kita bertemu, ternyata belum ada kemajuan. Bahkan mungkin masih jauh dari kata perkenalan dengan orangtua. Saya sedih dan kecewa melihat itu, tetapi kesedihanku lebih besar dari kekecewaanku. Mengapa bisa seperti itu? Kecewa yang muncul itu dan berukuran kecil dibanding sedih karena harapanku padanya pun sudah menciut. Dimakan oleh waktu dan do’a/pengharapan yang tulus ikhlas pada masa depan yang cerah. Sedih karena saudara yang selama ini mendukungku berjuang telah terpuruk sendirian tanpa saya di sisinya. Di sisinya dalam artian saya menemaninya dalam perjuangan meniti studi, dakwah dan sebagainya atau setidaknya menanyakan kabar pada segala kondisinya. Yah, itu tak kulakukan karena kutelah memilih membatasi komunikasi. Maafkan saya yang memilih jalan seperti ini karena yang kupahami ini untuk kebaikan kita bersama wahai saudaraku.

Semangat berjuang dan tetap istiqamah di jalanNYA. Jangan saudara lunturkan sifat-sifat bijak, berkarakter mulia, rendah hati, berbudi luhur dan dermawan yang telah tertanam dalam diri saudara. Kutahu diluar sana dunianya keras, tetapi jangan sampai ia merubahmu menjadi kerdil. Jadilah orang yang besar, berjiwa besar, berpikiran besar dan berlaku orang besar.

Saya tetap merindukanmu dalam do’aku wahai saudaraku.     


07/11/2015 @ Kebun Raya Bogor


 15/11/2015 @ Pelataran MTQ Kendari

Serpihan Perjuangan demi Masa Depan



Bogor, 6 Maret 2015, pukul 10.49 WIB @ Depan Ruangan Pembimbing

Harap-harap Cemas, Penuh Perjuangan
Pagi ini matahari seolah malu-malu menampakkan cahayanya
Beberapa saat menggunakan sapu tangan awan untuk menutupinya
Begitupun denganku yang agaknya enggan untuk bergerak menjauh dari pembaringanku
Mungkin karena kebiasaan burukku sehingga kelakuanku ini kuanggap biasa saja
Namun jikalau dipikir-pikir, kebiasaan buruk ini berdampak pada kesehatanku dan menurunkan daya ingat otak. Tapi ini mungkin karena saya belum membacanya lebih lanjut, hanya sekedar hipotesis belaka
Pagi ini ku memutuskan untuk sarapan potongan roti sisa cemilanku semalam yang ditemani suguhan teh hangat
Kumelahapnya dengan semangat dan tak lupa membaca do’a sebelum makan
Belum habis teh itu kuminum, kusudah mengarah ke tempat setrika yang tak jauh dari sisi dudukku di lantai kamarku.
Biasanya sih saya menyetrika jauh hari sebelum ke kampus, namun kali ini dikarenakan banyak kerjaan atau kesibukan menyibukkan diri sehingga telah menjadi kebiasaan baru lagi yaitu menyetrika sebelum ke kampus atau keluar ke tempat yang jauh.
Saatnya ku berangkat ke kampus tepatnya pukul 09.05 WIB dan alhamdulillah tak lupa sebelum keluar kamar yakni sholat dhuha 2 rakaat. Jalanan yang kupilih mengarah ke gedung pascasarjana. Hari ini agendanya cukup banyak, diantaranya: menanyakan jadwal seminar untuk ilmu tumbuhan di hari senin, 16 Maret 2015; print out hasil revisi bahan seminar; konsultasi bahan seminar lagi ke pembimbing 1 dan 2; dan meminta kesediaan mereka untuk seminar di waktu dan tempat yang tersedia di pascasarjana, serta jikalau semua urusan selesai maka pergi menemani kak Medal ke grapari yang bertempat di kota Bogor.
Hmmm....lumayan juga ya agenda hari ini.

~Ku menyusuri jalan dan singgah ke salah satu kios dekat kosan untuk membeli aqua. Minuman ini sudah menjadi barang wajib tiap kali ke kampus. Karena jikalau tidak dipersiapkan dahulu maka kehausanlah yang kudapat.
Selangkah demi selangkah kuberjalan dan keluar dari gang kecil kemudian menyeberang jalan menuju gerbang pintu utama masuk IPB. Jalanan di sekeliling pintu masuk telah dibersihkan oleh cleaning service kampus.
Kumelewati pos satpam depan gerbang. Hmmm...sepertinya mereka itu tak dapat lepas walau sedetik dari aktivitas merokok. Cukup menyebalkan, karena asap rokoknya merusak udara segar di sekitar taman hutan kampus.

~Tibalah ku pada ruangan yang kutuju yaitu ruangan pelayanan akademik pascasarjana IPB. Tak lupa saya mengambil nomor urut 19 dan ternyata itulah nomor urut pertama. Lalu kubertanya pada salah seorang pegawai bahwa pada hari senin depan apakah masih bisa mendaftar seminar dan jam berapa bisanya? Bapak pegawainya hanya menyodorkan isian pendaftaran seminar. Kemudian, kucek dan ricek dan arah pandanganku tertuju pada kolom senin, 16 Maret 2015 dan disana masih kosong pada pukul 14.00-15.00. Segera kukembalikan kertas isian itu dan saat mau pergi, kembali kubertanya, dimana ruangannya ya pak? Ruangan 405, jawab beliau. Dengan langkah semangat dan agak terburu-buru, saya menuju tempat print out untuk mencetak bahan seminar. Kulewati lorong demi lorong,  gedung demi gedung. Kuhindari melewati jalan keramaian karena saat itu saya sungguh terburu-buru. Ibarat main game itu, kadang saya melambung, kadang agak melambat, pembelokan tajam dan balap. Hihihi....
Setibaku pada tempat memprint, saya agak terdiam sejenak karena melihat komputer sudah pada terisi oleh pengunjung. Alhamdulillah tak lama kemudian seorang cewek beranjak dari tempat duduknya dan telah menyelesaikan urusannya. Segera kumengambil posisinya dan menyelesaikan urusanku. Memprint 3 rangkap plus gambar berwarna maka cukup dengan membayar Rp 12.000,00. Sayangnya, karena tak punya uang Rp 3.000, sehingga mengutang Rp 1000 deh di tempat itu.
~Langkah cepat dan sigap selalu membersamaiku dan menaiki anak tangga satu per satu menuju lantai 3. Ku melihat sampah berserakan depan pintu laboratorium benih dan melewati seorang cowok berkaca mata yang sedang duduk di kursi lorong sambil sibuk memperhatikan selular genggamannya. Saat itu, beberapa sudut gedung masih sepi, sekiranya memang seperti itu di saat jam kuliah karena jam sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB. Setibaku di ruangan pembimbingku, ternyata mereka sedang tidak berada di ruangan kerja. Para pembimbingku memiliki ruang kerja yang sama dan meja kerja yang saling berhadapan. Kuputuskan untuk menengok ke ruangan komdik pasca AGH, ternyata pembimbing 2-ku pun tak berada disana. Sedih rasanya. Namun pada ruangan yang besar itu yang hanya dibatasi dinding, duduk seorang Ibu dosen. Beliau adalah murabbiku (MR) di Bogor ketika semester 1-2, namun sejak bulan maret 2014, saya telah memutuskan untuk vakum alias berhenti. Saya pun punya alasan atas keputusanku itu. Alhamdulillah hubunganku dengan teman seliqoan dan MR-ku itu tetap baik-baik saja. Begitulah seharusnya.
~Sms pertanyaan untuk bertemu para pembimbingku pun segera kulayangkan via sms untuk mengurus berkas pendaftaran seminar. Saya membutuhkan tandatangan mereka untuk melengkapi berkasku. Pembimbing 2-ku kebetulan sebagai ketua PS. Pembimbing 1 tak membalas sms-ku dan pembimbing 2-ku membalas cukup lama dan beliau mengatakan tidak ke agh. Setelah lama bersms-an dengan pembimbing 2 dan saya tetap menunggu di depan ruangan kerja mereka, tiba-tiba datanglah pembimbing 1-ku dengan agak terburu-terburu karena akan segera mengikuti rapat. Kurangtahu rapat apa. Karena saya kurang fokus jadi saya salah tingkah. Untung Ibunya tidak keberatan dan saya menyodorkan berkas bahan seminarku sebelum saya masukkan ke akademik pascasarjana. Alhamdulillah beliau sangat pengertian.
Masuklah sms pembimbing 2-ku bahwa sekiranya butuh tandatangan maka bisa ke Baranangsiang (BS) atau ketemu besok saja. Saya sempat terhenti sejenak untuk berpikir. Apa yang mesti kupilih di saat yang sempit ini. Alhamdulillah saya bertanya beberapa hal mengenai isian biodata seminaris pada seorang teman pasca dan si kakak cukup membantuku dengan baik. Untuk menyatakan saya bisa ke BS maka kutelepon beberapa teman yang memiliki motor dan berkenan mengantarku ke rumah beliau. Saat itu telah menunjukkan pukul 11.30 WIB. Alhamdulillah ada salah seorang teman yang bersedia, namun ia hanya memiliki 1 helm. Alhamdulillah dapat pinjaman helm pada salah seorang teman di laboratorium pasca yang sedang sibuk membantu penelitian teman dekatnya. Motor temanku itu disimpan di kosannya sehingga kami ke kosannya lalu pergi ke BS. Setelah sholat zduhur maka kami bersiap-siap berangkat. Namun tiba-tiba ada telepon dari pembimbing 1 bahwa segera ke ruangan beliau sekarang juga karena jam 1 akan ada rapat lagi. Saat itu sudah menunjukkan pukul 12.35 WIB. Rasanya saya tidak tenang dan ingin segera ke kampus. Saya mengingatkan ke temanku dan meminta maaf bahwa saya mesti singgah ke kampus dulu untuk ketemu pembimbing 1 di kampus. Alhamdulillah temanku yang 1 ini sungguh sangat baik hati dan saya do’akan semoga segala urusannya lancar dan sukses serta dilimpahkan rezeki olehNYA. Aamiin.
Karena jalanan dekat kampus cukup padat kendaraan maka saya memutuskan turun pada tempat parkiran ilegal. Ilegal karena berhenti pada bukan parkiran umum alias parkiran tempat memprint. Saya segera berjalan sedikit berlari kecil menuju ruangan kerja pembimbing 1-ku. Disana saya diperlihatkan hasil revisi bahan seminarku yang menurutku itu cukup banyak dan segera memperbaikinya. Ibunya yakin saya bisa memperbaiki itu segera sebelum dimasukkan ke pelayanan akademik dan saya memberitahukan beliau bahwa saya akan ke BS dan ke rumah pembimbing 2. Saya sangat berterima kasih pada pembimbing 1 dan 2-ku atas pemakluman dan pengertian mereka. Karena ini pula saya memiliki keyakinan untuk memasukkan jurnalku ke jurnal internasional asuhan departemen AGH. Semoga jurnal bisa segera dipublish ketika telah dimasukkan karena cuman sedikit perbaikan saja dan reviewernya cepat menelaah revisi jurnalku. Aamiin.
Pembimbing 2-ku mengirimkan alamat rumah beliau karena mengetahui bahwa saya naik motor. Cukup bertanya pada 4 orang yang diketemui di jalan maka sampailah saya di kediaman pembimbing 2-ku dengan arahan sms yang dikirimkan beliau sebelumnya. Ketika sampai disana, Ibu pembimbing 2-ku terlihat pucat dan lemas namun beliau tetap menjamu kami dengan ramah. Temanku dengan polosnya melepaskan sepatunya ketika menginjak teras rumah beliau. Rasanya lucu tapi sudah seperti itu rasa sungkan temanku pada beliau. Setelah beliau tandatangan pada kolom anggota pembimbing dan ketua PS maka saya dan temanku memutuskan untuk segera balik lagi ke kampus. Saya sangat berterima kasih atas bantuan pembimbing-pembimbingku. Oleh karena itu, saya berharap bahwa seminarku dapat berjalan dengan lancar dan sukses, semua pertanyaan dapat terjawab dengan baik dan saya cukup mengerti dengan baik apa yang saya tampilkan pada saat seminar nanti. Aamiin ya Allah.

~ Temanku itu bertanya ketika berhenti di lampu merah: jam berapa sekarang, mba? Jam 2, jawabku. Motor melaju hingga rasanya hampir terbang. Temanku sangat mengerti dengan posisiku saat itu, bahwa saya sedang mengejar waktu untuk menyetor berkas ke pascasarjana sebelum tutup loketnya. Karena cukup balap laju motor sehingga hampir menyentuh motor lain yang sedang menyeberang jalan dengan paksa dan padatnya kendaraan. Kejadiannya sudah memasuki wilayah Darmaga. Mungkin setengah jengkal lagi motor kami menyentuh motor bapak itu. Tentunya kami dan bapak pengendara motor itu sangat terkejut dengan kejadian tersebut. Namun, saya pun tak boleh berkata macam-macam karena khawatir mengganggu konsentrasi temanku yang mengendarai motor. Saya cukup membenarkan apa yang dikatakannya karena sudah seperti itu adanya. Kemudian, saya mengingatkan kembali bahwa saya mesti singgah ke tempat fotocopy. Temanku itu cukup memberhentikan motornya percis di seberang jalan tempat fotocopy. Saya sangat berterima kasih padanya atas perjuangan hari ini. Bayangkan saja, saat siang-siang saya mengajaknya ke BS sementara ia sedang berpuasa. Subhanallah ya...seorang wanita sholehah yang bahkan bidadari pun cemburu padanya. Aamiin.  

~Alhamdulillah saya berhasil memasukkan berkas ke pelayanan akademik pasca dengan mahasiswa yang dilayani terakhir. Alhamdulillah pegawainya pun cukup membantu dan menyarankan beberapa hal agar seminarnya bisa berjalan dengan baik. Saat pulang, rasanya kepala mulai pusing karena belum makan siang. Saat melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 15.30 WIB, saat sholat ashar, namun perut sudah kelaparan berat. Alhamdulillah menu kesukaanku di kantin sapta Fateta masih ada. Sebenarnya saya mau memesan 2 porsi soto tapi bukan saatnya makan banyak karena perut telah makan jadi mesti dengan porsi cukup saja, tak boleh berlebih. Walaupun menurutku lambungku sudah terbiasa dengan porsi besar. Hehe... Kata si kakak melalui wa mengatakan bahwa segera istirahat dan jika minta bantuan bisa melalui beliau, moga lancar dan sukses semua urusannya. Aamiin. Saya pun sangat berterima kasih sama si kakak. Alhamdulillah bisa memiliki orang-orang luar biasa di saat genting seperti tadi itu. Alhamdulillah wa syukurillah. ^_^
Dalam hati sudah mengingatkan untuk sholat, tapi karena kondisi tubuh yang penuh keringat makanya rasanya sangat tidak nyaman, pingin pulang mandi lalu sholat, insya Allah. Bukannya langsung segera pulang, eh malah singgah di lab. pascapanen untuk mengembalikan helm pinjaman tadi ke motor teman. Sebelum balik saya ditawari manggis manis dan agaknya saya cukup mengusik si peneliti dengan pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya saya juga tak tahu jawabannya dan agak menguji. Saya pun minta maaf karena tidak membantu dan cukup mengganggu. Saya pamit dengan baik-baik dan mengambil helm lalu mengarah ke tempat parkiran motor teman tersebut.
Saat perjalanan pulang ke kosan saya mengirimkan ucapan terima kasih pada teman yang telah mengantarku ke rumah dosen tadi.

Hari ini cukup melelahkan dan penuh perjuangan, kataku dalam hati. Hmmm....  



Tulisan ini dilanjutkan pada pukul 12.48 dan selesai pada pukul 19.22 WIB @ kosan tercinta.
             
 Usai seminar hasil 16/03/2013

  



Lembaran Penjalanan Hidupku



"ISLAM MATAHARIKU”

Saya terlahir dan dibesarkan dari keluarga muslim sehingga membawaku dalam berpikir, bersikap dan bertutur kata Islami. Sungguh inilah kenikmatan tiada terkira dan terbesar dalam hidupku yaitu kenikmatan keislaman dan keimanan. Ketika duduk di bangku SD kelas 5, saya mulai mengenakan hijab. Kerudung yang kukenakan pertama kali saat berangkat ke sekolah yaitu berwarna pink. Warna yang begitu kusukai. Memang saya telah berhijab saat itu bersama seorang temanku, akan tetapi gaya tomboy atau kelaki-lakian itu tetap melekat padaku. Saya masih sering panjat pohon yang berbuah (gersen, mangga, jambu batu dll), pakai celana borju (celana laki-laki yang punya banyak kantong), main kasti dengan laki-lakinya di sekolah, main gebo/main raja-raja, main wayang dan permainan lainnya semasa kecil dulu.
            Alhamdulillah wa syukurillah lingkungan tempat tinggal saya merupakan lingkungan Islami, bahkan saat SMP itu saya telah mengikuti kajian dari Wahdah oleh Lembaga Kemuslimahan, saat itu Ketuanya adalah Ummu Ahmad. Banyak hal yang telah diperoleh yaitu belajar ilmu tajwid, ilmu tauhid, kajian fiqih dan masih banyak lagi. Seru-seru dan asyik pokoknya. Saat itu dalam kelompok kajianku terdiri dari 9 orang yang semuanya merupakan anak-anak dosen dan tetangga rumah, termasuk kakakku. Dengan melihat perubahan yang baik bagi kami (saya dan kakakku) membuat mamaku merasa tenang ketika mengizinkan kami untuk keluar rumah dengan tujuan kerja tugas di rumah teman, menghadiri ulang tahun ataupun ada kegiatan yang mengharuskan bermalam di tempat kegiatan. Ada sebuah nasehat dari mamaku: “kita boleh mengikuti suatu kajian tetapi jangan sampai menyakiti hati orang lain, silahkan ikut tapi tidak perlu sampai  bercadar segala. Yang penting ibadah kita jalani seperti sholat, mengaji, puasa dsb, serta kita pun tidak membatasi sosialiasi dengan orang lain apalagi keluarga”.                    
            Saat duduk di bangku SMA saya pun tetap memegang teguh ilmu agama yang telah terpatri dalam hati, pikiran dan perbuatanku. Saya tetap dengan hijab yang saya kenakan, tetap dengan kediamanku, tetap dengan enggan menyentuh teman laki-laki baik mau sengaja ataupun tidak. Tetapi ketika bertemu dengan bapak guru maka saya akan bersalaman dengan beliau. Entah ini terkesan lucu atau pun aneh, saya teringat sebuah kebiasaan saya bahwa ketika saya membayar angkot dan bersentuhan dengan tangannya pak sopir atau pun tanpa sengaja menyentuh kulit teman laki-lakiku maka segera setelah itu saya me-lap tangan saya entah di baju ataupun rok dengan tidak dilihat oleh mereka agar sentuhannya tidak berbekas ke tanganku. Saat itu pula saya merasa perlu mencari teman yang memiliki pemikiran yang sama denganku, teman yang bisa selalu mengingatkanku ketika salah, teman dengan tingkat intelektual tinggi dan agamanya pun mantap, teman yang juga mengenakan hijab, teman yang dalam kesehariannya bernuansa Islami. Sejak saat itu saya mengikuti salah satu organisasi di bawah OSIS yang bersifat kerohanian yaitu PRISMA (Perhimpunan Remaja Islam SMAN 1 Kendari). Alhamdulillah saya diamanahkan sebagai bendahara dan Alhamdulillah dapat predikat sebagai bendahara terbaik di tingkat MPK yang berada di atas OSIS. Saat itu dan entah sekarang bagaimana, organisasi ini berada dalam naungan HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) yang karena ketuanya pun kajian pada harokah ini. Saya pernah mengikuti kajiannya selama dua kali pertemuan. Saya pun pernah mengikuti organisasi di luar sekolah yaitu ISMI (Ikatan Silaturahim Muslim Indonesia), yang anggota ataupun pengurus intinya didominasi dari siswa SMAN 1 Kendari, SMAN 4 Kendari, serta sedikit dari SMAN 9 Kendari dan SMAN 3 Kendari. Saya cukup merasa asing dengan perbedaan yang ada padaku yaitu teman-teman mengenakan pakaian terusan yang mereka sebut dengan jilbab sementara saya masih dengan pakaian potongan yang tentu saja tidak tipis dan tidak ketat. Pemahaman yang ada pada mereka tidak sampai padaku secara penuh sehingga selang beberapa waktu ketika menginjak kelas 3 yang saat itu cukup menyita waktu, tenaga dan pikiran dalam mempersiapkan ujian akhir sekolah, saya pun tidak tergabung dengan mereka lagi.
            Inilah kampus yang telah kuidam-idamkan untuk kuliah disini. Kampus yang setiap hari kulewati ketika akan berangkat ke SMA dulu selama 3 tahun dan akhirnya saya terdaftar sebagai mahasiswa UNHALU. Saat jalan-jalan ke fakultas yang akan menjadi perjalanan hidupku nanti, saya bertemu dengan seorang wanita yang sama-sama sebagai mahasiswa baru di faperta yang ternyata sejurusan denganku, seruangan kuliah, seorganisasi denganku, sekelompok tarbiyah denganku dan bahkan hingga saat ini ia menjadi sahabat terbaikku dan semoga kami bisa dipertemukan di surga-Nya kelak. Aamiin… Di perguruan tinggi ini pun saya sangat tertarik untuk mengikuti organisasi intra terutama MPM Al Zaytun Faperta (Mahasiswa Pecinta Mushola Al Zaytun Fakultas Pertanian). Saya sangat tertarik karena ketika saya sedang mengikuti OSPEK, senior yang membantu dalam mengerjakan tugas, memberikan motivasi, menumbuhkan keberanian dan memberikan kenyamanan adalah mereka (pengurus/anggota MPM) ketika awal masuk kampus. Mereka jugalah yang mengantarku pada tarbiyah. Yang dengan tarbiyah ini sehingga saya bisa mempertahankan keimanan dan sekiranya mampu meningkatkan kualitas imanku. Hal ini seumpama hp dan manusia, hp itu harus selalu di-charge ketika lowbath. Iman itu bak baterainya karena iman seseorang itu kadang turun dan kadang naik, sama dengan baterai kadang full dan kadang low, sehingga manusia itu harus selalu ikut tarbiyah sebagai alat penge-charge hati/imannya agar tetap terkontrol. Saya membayangkan jika saya tidak ikut tarbiyah maka saya tidak lagi enggan dengan laki-laki, saya bisa mudah terpengaruh karena kurangnya ilmu agama dan akibat buruk lainnya yang sungguh sangat tidak diharapkan. Na’uzubillah...                            
            Saat ini saya telah menginjak tahun ke-empat, waktu dimana kebanyakan mahasiswa berlomba-lomba menyusun skripsi. Begitupun denganku. Penelitian pun telah kujalani selama 7 bulan sejak penyusunan proposal hingga berakhirnya penelitianku. Semua itu tidak akan bisa kulewati tanpa bantuan dan pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, keluargaku tercinta terutama Mama dan Bapakku, dan teman-temanku yang kusayangi karena Allah Ta’ala. Ada hal yang saya baru pahami ialah perjuangan da’wah ini butuh banyak pengorbanan baik harta, waktu bahkan jiwa sekalipun. Kemudian saya melihat ada beberapa teman seperjuangan yang rela mengorbankan waktu kuliahnya dengan menunda skripsi untuk tetap memegang amanah dalam menyebarkan kebaikan di lingkungan kampus. Sedangkan saya, apa yang telah saya berikan untuk da’wah ini? Dengan melihat potensi yang ada pada diri ini maka apa yang perlu diandalkan. Saya berencana untuk melanjutkan studi S2 ke salah satu perguruan tinggi di Indonesia ataupun di luar negeri sebagai jalan dalam perluasan da’wah dan mencari link bagi kemajuan da’wah di daerah. Semoga Allah menjabah do’a dan rencanaku ini. Aamiin…

             
    
Riwayat Hidup Penulis:
            Nama lengkap penulis adalah Siti Rahmah Karimuna dan biasa dipanggil Rahmah. Penulis dilahirkan pada tanggal 7 April 1991, di Kendari, Kecamatan Mandonga, Kabupaten Kendari, Sulawesi Tenggara. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara, putri dari La Karimuna dan Siti Sarfiah.
            Pada tahun 2002 penulis lulus dari SDN 1 Kambu. Tahun 2005 lulus dari SMPN 10 Kendari, dan pada tahun 2008 lulus dari SMAN 1 Kendari. Pada tahun 2008 penulis diterima menjadi mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo (UNHALU) melalui jalur PPMP. Cukup itu aja ya… tiada hal menarik lainnya dari penulis. Hehehe….

04/11/2012 @ Kendari

 30/06/2012 @ Bintang Samudera

Sepercik Sejarahku



Pukul: 19.29                                                                                                     Bogor: Senin, 10 Juni 2013

Kisahku

Dahulu gadis ini begitu tomboy
Dahulu gadis ini begitu keras kepala, saat ia kanak-kanak ia sangat suka mengikuti kakaknya untuk bermain, selalu berada di belakang kakaknya.
Tidak hanya saat bermain tetapi pula saat bersekolah, mengenyam SD-SMA yang sama bahkan saat kuliah pun, namun sudah pada jurusan yang berbeda.
Sedikit-sedikit ikut kakak. Waktu dulu ketika kakak punya baju baru maka saya pun memiliki motif yang sama namun ukurannya lebih kecil.
Sesungguhnya tidak selalu mengikuti beliau karena kami beda dua tahun, jadi ketika saya SD kelas 5 tak bersama beliau, begitupun ketika SMP kelas 2 dan SMA kelas 2.
Sekiranya saat itu belum ada pemikiran untuk menentukan jalan sendiri karena masih kanak-kanak atau pemikiran masih sangat terbatas.
Sejak kecil Bundaku mengajarkan untuk berbuat baik pada orang tua, dengar kata orang tua (penurut), berbuat baik pada orang lain, sopan dan tidak boleh nakal.
Saya teringat saat kelas 4 SD, saya menemani temanku pulang ke rumahnya di bagian Balai Kota Kendari dekat SD kuncup yang sekarang telah didirikan MTQ di seberang jalannya. Rumahnya itu pas di belakang masjid. Temanku itu sering dipanggil Kiki. Maafkan saya jika tak mengingat nama lengkapmu wahai temanku namun wajahmu tetap jelas diingatanku. Ia sering datang main-main ke rumah. Ketika naik ke kelas 5, ia dan keluarganya memutuskan untuk pindah sekolah dan pindah rumah pula yang sebelumnya sempat menjadi tetangga dekatku sehingga saya pun tak bersama lagi dengannya sejak saat itu. Sedih rasanya.
Saya pun teringat saat itu sempat bertengkar dengan teman kelas dikarenakan kami berbeda pendapat dan saling menyalahkan. Saat itu seolah sudah dibuat waktu kesepakatan untuk bertemu dan dimulailah perkelahian itu dengan sistem jambak rambut. Ketika ia menarik keras maka akan dibalas dengan tarikan yang lebih keras lagi. Kalau teringat itu, sungguh sangat menggelikan. Alhamdulillah saya termasuk kategori orang yang tidak suka kles dengan teman dan selalu berada pada pihak objektif atau netral. Jadi terkadang mereka saling cuek-mencueki namun saya tinggal santai-santai saja dan bahkan jadi mediator bagi teman-temanku untuk berbaikan kembali.
Jajanan yang paling mengasyikkan adalah opak singkong lebar berbentuk bundar dengan diameter kurang lebih 25 cm dengan dilumuri dengan gula merah kental, harganya tuh Rp 100. Gara-gara sering makan itu jadinya pakaian sekolah yang berwarna putih dibuat kotor karenanya. Selain itu, ada juga jajanan nasi kuning dengan piring plastik seukuran piring cangkir teh yang nasinya itu hanya ditaburi oleh sambal cair, nasinya ini cukup mengenyangkan loh dan harganya itu Rp 300. Tak lupa pula burasa dan kalau dimakannya itu diolesi dengan sambal yang kadang dibuat pedis oleh Ibu kantin sehingga rasanya jadi nendang dan menantang, harganya itu Rp 100. Subhanallah, sangat menyenangkan ketika keluar main-main itu.
Alhamdulillah sejak SD kelas 5 saya telah mengenakan hijab dan jilbab pertamaku saat ke sekolah itu berwarna pink. Saya pun masih ingat bahwa baju seragamku telah dijahitkan oleh Ibu dari temanku yang seorang penjahit. Perasaan untuk berjilbab datang dari saya sendiri bersama seorang teman, walaupun kutahu ia tak seberuntung denganku yang mampu untuk menjahit baju seragam muslimah baru. Namun ia tetap semangat untuk berhijab dengan cara tetap menggunakan jilbab dan kaos kaki dipanjangkan hingga menutupi kaki. Ia teman yang penuh dengan semangat, pekerja keras, cerewet dan baik hati. Senang bisa mengenalmu.
Ketika itu kami telah memasuki kelas 6, saat-saat terakhir berada di SD. Ada saat kami diuji untuk tetap mempertahankan keyakinan kami menggunakan hijab tetapi melanggar aturan atau mengikuti aturan namun melanggar keyakinan kami. Saat itu aturannya adalah ketika berfoto untuk ijazah SD maka telinga itu mesti terlihat maka secara otomatis jilbab mesti dibuka, namun kami tidak berhenti ide jadi kami memutuskan tetap menggunakan jilbab hanya saja telinga diperlihatkan. Jadi caranya itu seperti terlihat Ibu-Ibu haji namun leher tetap tertutupi. Jika saya melihat kembali foto tersebut terlihat begitu lucu. Foto ini terpampang rapi di ijazah SD-ku.

Saat 2002 saya memasuki sekolah menengah pertama. Seragam merah putih telah berubah menjadi seragam putih biru. Teman-teman SD pun tak semua memilih sekolah yang sama namun bisa dikatakan sebagian besar masih bersama mereka. Alhamdulillah saya disekolahkan di tempat yang dekat dengan rumahku. Alhamdulillah masih dengan hijabku, namun masih seperti sebelumnya. Ku masih ingat celana yang ngetrend saat itu adalah celana jeans polos yang ketat namun lebar bawah atau jeans ketat polos dengan motif bunga-bunga di sampingnya serta ada pula baju monyet-monyet. Saat smp saya cuman punya 2 jilbab biru yaitu ada yang tebal dan ada yang tipis. Dahulu model jilbab itu dengan mengenakan cincin motif di bagian depan jilbab. Saya suka sekali meminjam bros Mamaku. Akhirnya ketika Mamaku pingin keluar maka dicarilah bros tersebut. Siapa lagi pelakunya jika bukan saya yang suka memakainya. Untungnya Mama membelikan bros khusus untukku dan mengikhlaskan bros yang suka saya gunakan itu. Aturan sekolah adalah baju seragam putih dimasukkan ke dalam rok dan memakai tali pinggang hitam.
Ketika upacara hari senin beberapa kali saya ditunjuk sebagai pembaca Undang-Undang dan pernah bertugas sebagai pembawa bendera. Walaupun berhijab tetapi tetap terlihat keren loh.
Kelas 2 pernah mengikuti latihan dance dan di saat tampil saya menghilang karena gerakan dance itu berlawanan dengan keinginan hati saya. Saya baru menyadari bahwa ketika menari itu akan dilihat banyak orang dan saya memiliki rasa malu yang cukup besar saat itu. Alhamdulillah sejak kelas 2 itu saya baru diperkenalkan dengan tarbiyah bersamaan dengan kakakku yang sudah memasuki kelas 1 SMA. Saya mengikuti kajian bersama dengan anak-anak yang seumuran yang juga tinggal di perumahan dosen. Kami berjumlah 9 orang saat itu.
Ketika masuk kelas 3 sifat kecowokanku masih belum hilang sepenuhnya, terbukti dengan ditunjuknya saya sebagai seksi keamanan. Wanita berhijab tapi sangar dan berkewajiban menenangkan kelas dan mencatat siswa yang suka keluar-keluar kelas dan bolos. Terkadang saya mesti memukul meja dengan sapu dan mengatakan ‘jangan ribut’ yang saat itu guru tak masuk mengajar. Mengejar teman-teman cowok yang suka main-main dalam kelas dengan membawakan sapu lidi.                   

22/06/2013 @ Istana Bogor