Senin, 27 April 2015

Berakhir dengan penantian, mungkinkah?

Tepat tanggal 27 April 2015, hari ini, pada pukul tertentu, telah kuputuskan untuk tidak mengungkitnya lagi. Ini sudah menjadi keputusanku yang bulat dan insya Allah tidak goyah hanya karena kerinduan yang entah bermula dari mana hingga berujung seperti apa. Hari ini pula telah kubagi cerita pada seorang sahabat dan bisa kukatakan ia merupakan belahan jiwaku. Walaupun kami berbeda orang tua, berbeda umur, berbeda karakter, tentu berbeda wajah pula, namun kami memiliki keyakinan yang sama yaitu keimanan dan keislaman. Dialah yang menjadi tempat penampunganku. Kucurahkan apa yang ada dalam hati dan pikiranku sehingga muncullah keputusan tersebut. Saya bukan menyerah pada keadaan tapi saya cukup berserah diri kepadaNYA dan mencoba melepaskan apa yang bukan menjadi hakku. Saya pun tak tahu apa yang akan terjadi nanti, namun setidaknya kita bisa meraba bahwa usaha kita yang baik saat ini maka insya Allah berbuah manis nantinya.


Semua catatan-catatanku tentangmu, kisah percakapan kita tentang rembulan, kebiasaan baikmu mengurai kata menjadi lebih indah dan bermakna telah melekat ilmu dan raganya padaku, cita-cita atau impian yang kita rangkai bersama, bahkan agen rahasia yang kita buat bersama, semuanya tentangmu, dan masih banyak lagi, akan kututup bukunya pada hari ini juga. Walaupun kutahu ini tak mudah, tapi seiring berjalannya waktu maka saya pun akan terbiasa tanpa semua itu. 

Saya pun sebenarnya bingung, mengapa hingga sebelum hari ini, saya bela-belain tuk bisa mengajakmu kembali pada duniaku. Tapi sepertinya ini salah. Kamu punya dunia sendiri, begitupun denganku. Tuk kali ini akan kuusahakan seoptimal mungkin tak mengganggumu lagi. Tak memulai bermain denganmu dan tak menjahilimu lagi.

Entah saya bisa bertahan dengan keputusan ini atau mungkin akan goyah lagi. Saya hanya bisa berprasangka positif saja karena itu jalan yang lebih menyenangkan. Saya pun akan menyapa jika kamu yang memulai atau saya akan merespon jika kamu yang memulai.
Entah saya bisa bertahan pada posisi menunggumu atau tidak. Menunggu itu bukanlah hal yang menyenangkan. Tapi tentu saya sudah memiliki senjata untuk memenangkan perang penantian ini yaitu sabar, ikhlas, iman dan amal. Cukup mereka sebagai teman sejatiku saat ini dan selamanya.

Selamat tinggal wahai saudaraku, kembaran namaku sebagai hasil dari candaan teman-teman. Saya sangat senang dan bahagia bisa mengenalmu dan mengangkatmu sebagai abangku. Kebaikan dan ketulusanmu sangat bisa kurasakan hingga kapanpun. Maaf belum bisa membalas dengan kebaikan dan ketulusan yang lebih berkualitas.

Semoga bisa bertemu denganmu pada kondisi, waktu dan tempat yang tepat. Aamiin.

Salam manis dari saudarimu yang manis. R2A.