Selasa, 03 November 2015

Gelar Master of Science, tambahan gelar di belakang nama

Suatu anugerah dari Ilahi Rabbi mendapatkan kesempatan menjadi wisudawan master di sekolah pascasarjana IPB tahap II tanggal 21 Oktober 2015 dan mendapatkan nomor urut 468 (semua angka genap ya). Di angkatanku saya merupakan lulusan pertama. Alhamdulillah. Padahal sebelum saya ujian tesis tanggal 1 Juli 2015 masih ada salah seorang teman yang mendahuluiku dan beliau bernama Afifah Farida. Subhanallah, beliau merupakan anak yang aktif dalam kegiatan sosial, bahkan hampir tak terhitung lagi komunitasnya. Petualang iya, pengajar iya dan pejuang pun iya. Saya salut sama beliau. 
Surat Keterangan Lulusku pun keluar selang sebulan dengan ujian tesis yakni 11 Agustus 2015. Alhamdulillah bisa merasakan nikmatnya ujian tesis itu. Ujian akhir untuk kedua kalinya setelah ujian skripsi. Ujian skripsiku di Univesitas Halu Oleo dan kali ini ujian tesisku di salah satu Universitas terbaik di Indonesia yaitu Institut Pertanian Bogor. Tak dipungkiri sungguh ini sangat menggembirakan bagiku. Ditemani oleh kawan-kawan seperjuangan pasca AGH.

 Prof. Yudiwanti Wahyu (penguji dari prodi AGH), Dr. Ani Kurniawati (penguji luar komisi pembimbing), saya, Prof. Sandra Arifin Aziz (pembimbing I), dan Dr. Maya Melati (pembimbing II).

Roza Yunita, Kiki Apriani, saya, Tiara Septirosa, Rahmi Taufika dan Refa Firgiyanto selaku fotografer (teman-teman yang menemani ketika ujian tesis).

Teman-teman AGH yang hadir dalam syukuran Wisuda Magisterku

 Agustina (teman seperjuangan S1, kiri) dan mba Ema Komalasari (teman Tina di pasca IPN, kanan)

Foto bareng mba Laily Munawaroh sebelum pemindahan kuncir

Persiapan Wisuda
Alhamdulillah persiapan sebelum wisuda pun telah dilakukan baik penyiapan dari perias wajah, baju kebaya, jilbab dan sendal untuk wisuda pun turut mengambil posisi penting. Alhamdulillah perias wajah jauh-jauh didatangkan dari Padang alias teman pasca AGH yang dari Padang. Hehe... Periasku bernama Rina. Namanya sederhana tapi orangnya luar biasa. 
 
Mba Kiki selaku asisten perias dan Uni Rina make up selaku perias utama.
 
Kamar yang kutempati ketika kedua orangtua menempati kamarku, tidak jauh dari pintu depan kosan sehingga ketika mba Kiki dan Uni Rina yang datang di awal waktu sekitar pukul 01.45 WIB dengan memanggil namaku dan sedikit suara ketukan pintu. Nah, tak lama mereka memanggil maka saya pun terbangun dari tidurku yang bisa dibilang tidak cukup lama namun berkualitas. Setelah membukakan pintu dan mempersilahkan mereka masuk maka saya pun diarahkan untuk mandi sebelum dirias. Alhamdulillah sih saya lagi means hari itu tepatnya hari kedua, sehingga cukup ringan pikirannya dan tidak was-was jika riasan luntur apabila terkena air wudhu nantinya. Saya dapat menghitung durasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan riasanku adalah 2 jam hingga saya memakai jilbab dengan cukup banyak embel-embelnya itu. Rasanya cukup ribet dan asing, ditambah lagi dengan bulu mata anti badai yang sengaja dipasangkan kepadaku. Wooww...deh si Uni ini mah.  Setelah dirias pun saya masih sempatkan untuk membuat sarapan untuk kedua ortu berupa telur goreng ceplok dan nasi putih. Suatu kebanggan tersendiri bisa masak dengan riasan dan baju kebaya lengkap. Sungguh belum pernah sebelumnya seperti itu. Hihihi...

Keberangkatan menuju GWW
Tepat pukul 07.10 WIB saya beserta kedua orangtua keluar dari kosan menuju GWW. Kami melintasi jalan gang dengan sepatu heels, make up yang tebal dan baju kebaya dengan luaran toga. Sayangnya saat itu sepatu heels Mamaku lebih tinggi dariku sekitar 15 cm sehingga jika berjalan cepat tak bisa apalagi berjalan jauh. Jikalau jalanan gang saat itu telah selesai diperbaiki maka mungkin saya pun akan menyewa mobil dibanding mesti berjalan kaki. Maafin saya ya Mamaku sayang.

Kenangan indah yang takkan bisa dilupakan bersama kawan seperjuangan yang hebat dan keren. Wish the best for us.