Bismillahirrahmanirrahim
1. Orang yang mempunyai ilmu
mendapat kehormatan di sisi Allah dan Rasul-Nya. Banyak ayat Al-Qur’an yang mengarah agar umatnya mau menuntut ilmu, seperti yang terdapat dalam QS
Al Mujadilah ayat 11:
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرُُ
Artinya :
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat (QS. Al-Mujadilah : 11)
2. Surat Al-Ashr, yang berbunyi sbb : “Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati Supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. Ingatlah
ALLAH SWT telah bersumpah dalam surat ini dengan masa / waktu yang didalamnya
terjadi peristiwa yang baik dan yang buruk, bersumpah bahwa setiap manusia
didunia ini, baik itu orang Islam atau di luar Islam pasti akan mengalami
kerugian, kecuali yang memiliki 4 (empat hal) yaitu: 1. Iman, 2. Amal
Shaleh, 3. Saling menasehati supaya mentaati kebenaran, 4. Saling menasehati
supaya menetapi kesabaran.
Hadist
Kewajiban Menuntut Ilmu
1. Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Nabi Muhamad pernah bersabda
:”Janganlah ingin seperti orang lain, kecuali seperti dua orang ini. Pertama
orang
yang diberi Allah kekayaan berlimpah dan ia membelanjakannya secara benar, kedua
orang yang diberi Allah al-Hikmah dan ia berprilaku sesuai dengannya
dan mengajarkannya kepada orang lain (HR Bukhari)
2.
Kewajiban menuntut ilmu ini ditegaskan
dalam hadits nabi, yaitu :
رواه إبن عبد البر)) طَلَبُ اْلعِلْمَ فَرِيْضِةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ مُسْلِمَةٍ
Artinya :
Mencari
ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat”(HR. Ibnu Abdil Bari)
Menuntut ilmu adalah jalan untuk
mendapatkan keridhaan Allah l dan jalan
menuju surga-Nya yang penuh dengan
kenikmatan. Nabi n bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ
اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa berjalan dalam rangka
menuntut ilmu maka akan dimudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa jalan
yang pertama kali harus ditempuh untuk mencapai jannah (surga) tidak lain
adalah dengan cara menuntut ilmu. Barangsiapa menempuh jalan lainnya, atau
menyangka bahwa dirinya akan mendapatkan kenikmatan jannah meskipun tanpa
menuntut ilmu, maka akan sia-sialah usahanya meskipun dengan susah-payah dia
menjalaninya. Bahkan dia akan menjadi orang yang merugi karena sia-sia
amalannya. Dirinya menyangka telah banyak beramal, padahal apa yang dilakukan
adalah amalan bid’ah yang tidak akan diterima oleh Allah l. Bahkan yang dilakukan
adalah perbuatan syirik yang akan menjadi sebab gugurnya seluruh amal ibadah
yang telah dilakukannya. Allah l berfirman:
Katakanlah: “Apakah akan Kami
beritahukan kepada kalian tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”
Yaitu orang-orang yang telah sia-sia amalannya dalam kehidupan dunia ini,
sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat sebaik-baiknya.
(Al-Kahfi: 103-104).
Abu Ayyub Al-Anshari z, yang hanya
karena ingin mendapatkan satu hadits, beliau harus melakukan perjalanan dari
kota Madinah menuju Mesir untuk menemui sahabat lainnya yang meriwayatkan
hadits dari Nabi n yang dia belum memilikinya. Begitu pula sahabat Jabir ibn
‘Abdillah z, dan para pendahulu kita yang lain. Mereka siap melakukan
perjalanan yang jauh untuk mendapatkan hadits Nabi n. Bahkan mereka pun tidak
merasa direndahkan meskipun harus mengambilnya dari orang yang ilmu dan
keutamaannya di bawah mereka.
Sebenarnya ilmu
hanyalah merupakan suatu alat untuk mendekatkan
diri kita kepada Allah. Adapun fungsi ilmu itu antara lain adalah :
1. Sebagai petunjuk
keimanan (QS. 22:54, 3:7, 35:28)
2. Sebagai petunjuk
beramal
“Seorang alim (berilmu)dengan ilmunya
dan amal perbuatannya akan berada di dalam syurga, maka apabila seseorang yang
berilmu tidak mengamalkan ilmunya maka ilmu dan amalnya akan berada di dalam
syurga, sedangkan dirinya akan berada dalam neraka”
(HR. Daiylami)
Adab
Menuntut Ilmu
Dalam
menuntut ilmu perlu diperhatikan beberapa adab, yaitu :
1. Niat
Niat
dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho Allah. Hendaknya diringi dengan
hati yang ikhlas benar-benar karena Allah. Bukan untuk menyombongkan diri,
menipu orang lain ataupun pamer kepandaian, tetapi untuk mengeluarkan diri dari
kebodohan dan menjadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain.
2.
Bersungguh-sungguh
Dalam
menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah berhenti. Allah
mengisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi : “Dan orang-orang yang
berjuang di jalan Kami pastilah akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami.”
3.
Terus-menerus
Hendaklah
kita jangan mudah puas atas ilmu yang kita dapatkan sehingga kita enggan untuk
mencari lebih banyak lagi. Seperti pepatah yang disampaikan oleh Sofyan bin
Ayyinah : “Seseorang akan tetap pandai selama dia menuntut ilmu. Namun jika
ia menganggap dirinya telah berilmu (cepat puas) maka berarti ia bodoh.”
Allah lebih menyukai amalan yang sedikit tapi dilakukan secara terus menerus
dibandingkan amalan yang banyak tetapi hanya dilakukan sehari saja.
4.
Sabar dalam menuntut Ilmu
Salah
satu kesabaran terpuji yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu adalah
sabar terhadap gurunya seperti kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidr as (QS Al
Kahfi : 66-70). Kita jangan cepat putus asa dalam menuntut ilmu jika
mendapatkan kesulitan dalam memahami dan mempelajari ilmu. Allah tidak menyukai
orang yang berputus asa dari rahmat-Nya.
5.
Menghormati dan memuliakan orang yang menyampaikan ilmu kepada kita
Di
antara penghormatan murid terhadap gurunya adalah berdiam diri maupun bertanya
pada saat yang tepat dan tidak memotong pembicaraan guru, mendengarkan dengan
penuh khidmat, dan memperhatikan ketika beliau menerangkan, dan sebagainya.
6. Baik
dalam bertanya
Bertanya
hendaknya untuk menghilangkan keraguan dan kebodohan diri kita, bukan untuk meremehkan,
menjebak, mengetes, mempermalukan guru kita dan sebagainya.l Aisyah ra tidak
pernah mendengar sesuatu yang belum diketahuinya melainkan sampai beliau
mengerti. Orang yang tidak mau bertanya berarti menyia-nyiakan ilmu yang banyak
bagi dirinya sendiri. Allah pun memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang
yang berilmu seperti dalam firman-Nya dalam QS 16:43.
Beberapa ilmuwan Islam antara
lain yaitu :
a.
Jabir bin Hayyan (720-815 M)
Beliau adalah seorang
sarjana Fisika dan Kedokteran. Karyanya mencapai 200 buah, di antaranya adalah
tentang kimia yang antaa lain “Al-Khawasul Kabir” dan “MA Ba`dal Thabi`ah”.
Ilmu kimia Jabir telah dianggap sejajar dengan Aristoteles dalam ilmu logika.
b.
Al Khawarizmy, Muhammad bin Musa Al Khawarizmy (780-850 M)
Beliau adalah ahli
aljabar dan ilmu bumi. Karyanya yang menjadi referensi berbagai tulisan tentang
ilmu bumi, yaitu “Suratul Ardli”.
c.
Al-Farghaniy, Abul Abbas Ahmad Al-Farghaniy (hidup sekitar tahun 861 M)
Beliau adalah seorang
ahli perbintangan/astronomi. Karyanya antara lain adalah “Al Madkhal Ila Ilmi
Haiatil Fabik” yang sudah diterjemahkan ke bahasa latin.
d.
Al-Bhairuniy, Abduraihani Muhammad bin Ahmad (937-1048 M)
Beliau
adalah ahli kedokteran, perbintangan, matematika, fisika, ilmu bumi dan
sejarah. Karyanya antara lain adalah “At-Tafhim Li Awaili Shima’atit Tanjim”
yang berisi tentang Tanya jawab ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan
ilmu falak.
Sejarah telah mencatat, ulama tidak hanya
berasal dari kalangan laki-laki saja. Ada banyak ulama wanita yang masyhur dan
bahkan menjadi rujukan bagi ulama dari kalangan laki-laki. Lihat saja ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha, wanita cerdas yang namanya akan terus dibaca oleh kaum muslimin
dalam banyak hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‘Aisyah pula yang
merupakan sebaik-baik teladan para wanita dalam menuntut ilmu, baik itu ilmu
agama maupun ilmu umum. Az Zuhri mengatakan, “Andai ilmu ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha itu dikumpulkan lalu dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita,
niscaya ilmu yang dimiliki oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha itu lebih
unggul”. (Al Haitsami berkata dalam al Majma’ (9/243), “Hadits ini diriwayatkan
oleh Ath Thabarani sedangkan rawi-rawinya adalah orang yang bisa dipercaya.”
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al Hakim 4/139. Lihat: Para Ulama Wanita
Pengukir Sejarah, hlm. 20)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar