KHUTBAH
RASULULLAH MENYAMBUT BULAN RAMADHAN
Wahai manusia!
Sesungguhnya kalian telah dinaungi oleh bulan nan agung yang penuh barokah,
bulan di mana di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu
bulan. Allah menjadikan puasa di bulan tersebut sebagai wajib, sedangkan sholat
di malamnya sebagai sunnah. Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah pada
bulan itu dengan ibadah sunnah, sama seperti orang yang menunaikan ibadah
fardhu pada bulan lainnya. Barangsiapa menunaikan ibadah fardhu pada bulan itu,
sama dengan menunaikan ibadah fardhu 70 kali di bulan lainnya.
Bulan Ramadhan adalah
bulan sabar, pahala sabar adalah surga. Bulan Ramadhan adalah bulan solidaritas
(tolong-menolong), dan bulan di mana rizki orang mukmin bertambah. Barangsiapa
memberi buka puasa pada bulan itu kepada yang berpuasa, maka baginya mahgfirah
(ampunan) bagi dosa-dosanya dan bebas darinya dari api neraka. Ia mendapat
pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu tanpa sedikitpun mengurangi
pahala orang yang berpuasa. Para sahabat bertanya: “Tidak mungkin kami semua dapat
memberi makanan berbuka puasa kepada
orang yang berpuasa.” Rasulullah menjawab: “Allah SWT akan memberi pahala
(seperti) itu kepada siapa saja yang meberi makanan berbuka puasa kepada orang
yang berpuasa (meskipun) dengan sebutir kurma atau seteguk air.”
Bulan Ramadhan adalah
bulan yang awalnya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan) dan akhirnya
pemebabasan dari api neraka. Dan barangsiapa meringankan (beban)
pembantu/pegawainya (di bulan) tersebut maka Allah akan mengampuni dosanya dan
Allah bebaskan dia dari api neraka.
Dan perbanyaklah pada
bulan Ramadhan ini empat perkara, (yakni) dua perkara untuk menyenangkan
Tuhanmu, ialah membaca syahadat (asyhadu anlaa ilaaha illallah) dan membaca
istighfar (astaghfirullah). Sedang dua perkara yang justru tidak boleh tidak
dari padanya, ialah memohon surga dan berlindung pada Allah dari api neraka.
Barangsiapa memberi
minuman bagi orang yang berbuka puasa, maka Allah akan memberinya minuman dari
telagaku, ia tidak haus lagi setelah itu selama-lamanya.
(Khutbah Rasulullah di
depan para sahabat pada hari terakhir dari bulan Sya’ban, diriwayatkan oleh
Ibnu Khuzaimah, Al-Baihaqi, dan Ibnu Hibban dari Salman Al-Farisi, dari Nabi
SAW.)
BEBERAPA
PERSIAPAN MENYONGSONG HADIRNYA RAMADHAN
1.
Mempersiapkan hati/menghadirkan hati
Hadirnya hati insya Allah
dapat diwujudkan melalui sikap hati ridha dan meningkatkan kerinduan terhadap
Ramadhan, dan diwujudkan dalam bentuk pembersihan hati/kendali hati terhadap
seluruh aktivitas/khusyu’, sehingga menghasilkan keikhlasan. Hendaknya
melakukan tindakan preventif dan pengobatan terhadap segala bentuk penyakit
hati. Hendaknya meningkatkan taqarrub ilallah melalui iman, amal shaleh dan
do’a. Semua itu menjadi modal untuk berdakwah secara ikhlas.
2.
Mempersiapkan fisik/jasad seprima mungkin
Di samping mempersiapkan
hati agar senantiasa ridha dan ikhlas terhadap seluruh ketentuan Allah,
khususnya yang berkaitan dengan puasa Ramadhan, fisik atau jasad juga perlu
dipersiapkan secara prima agar tetap tegar, tidak mudah letih (lesu), serta senantiasa
sehat dalam melaksanakan peritah-perintahNya. Seluruh anggota tubuh hendaknya
dioptimalkan dalam rangka mencegah dan menghindari hal-hal yang dapat
mengurangi apalagi membatalkan nilai-nilai puasa Ramadhan (mencegah diri dari
perbuatan maksiat melalui organ-organ tubuh seperti melalui mata, telinga,
lisan, tangan, kaki, dll), serta dioptimalkan pula untuk meraih nilai-nilai
puasa Ramadhan (memperbanyak tilawah dan taddabur Al-Qur’an, membaca do’a dan
istighfar, dll). Rasulullah mencotohkan di bulan Sya’ban beliau memperbanyak
puasa sunnah dalam rangka mempersiapkan puasa di bulan Ramadhan.
3.
Mempersiapkan/meningkatkan pemahaman
melalui kajian/penambahan ilmu
Hendaknya disadari bahwa
keabsahan dan nilai suatu amal ditentukan oleh niatnya (keikhlasan), sedangkan
keikhlasan sangat ditentukan oleh kefahaman. Kefahaman sangat ditentukan oleh
tambahan pengetahuan/ilmu. Pada gilirannya, peningkatan kefahaman akan membawa
kepada peningkatan ilmu dan amal, sehingga akan melahirkan peningkatan
prestasi. Allah SWT telah menjanjikan kelebihan bulan Ramadhan dari bulan-bulan
lainnya bagi yang melaksanakan ibadah puasa, antara lain: tidurnya ibadah,
diamnya baca tasbih, ibadah sunnah nilainya sama dengan ibadah wajib, ibadah
wajib nilainya dilipat 70 kali, ada malam Lailatul
Qadr yang lebih baik dari 1000 bulan, serta keutamaan bulan Ramadhan yang
tercermin dari sebutannya yaitu syahrullah,
syahrut-tarbiyah, syahrus-shobri, syahrud-da’wah, syahrul-Qur’an,
syahrul-mubarak, syahrul-adhim, dll. Bagi para da’i, Ramadhan adalah
kesempatan yang sangat baik untuk menyebarkan da’wah, bukan sekedar bulan
peningkatan kualitas pribadi.
4.
Mempersiapkan program
Bagi kaum muslimin, terutama
para da’i harus ada program dikaitkan dengan da’wah, tidak hanya program bagi
dirinya. Sebagai contoh: (a) mengkhatamkan al-Qur’an dan mentaddaburi serta
mengamalkannya, untuk kemudian didakwahkan, (b) membaca, memahami dan
mengamalkan hadits rasul dan sirah, untuk kemudian didakwahkan, (c) menunaikan
amal-amal yaumiyah dengan ikhlas, untuk kemudian didakwahkan pada setiap
kesempatan, (d) dakwah dalam keluarga, kerabat, tetangga, dst., (e)
meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat melalui amar ma’ruf nahyi munkar.
5.
Mensucikan diri melalui habluminallah dan
habluminannas
Ingat kategori dosa, yaitu
(1) dosa syirik yang tidak terampuni kalau tidak tobat dan terbawa mati, (2)
dosa yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah SWT secara langsung, (3) dosa
yang berkaitan dengan sesama manusia. Ketiga kategori dosa tersebut memerlukan taubatan nashuha (tobat yang
sebenar-benarnya) yang cirinya: (a) tobatnya dilandasi dengan iman (ikhlas
karena Allah SWT), (b) menyesali, jera dan tidak mengulangi perbuatan dosa
tersebut (c) mengiringi dengan amal-amal sholeh, (d) khusus untuk kategori dosa
ketiga, harus diawali dengan permintaan maaf terhadap manusia yang
bersangkutan. Oleh karena itu, bereskan semua hal di atas sebelum bulan
Ramadhan, karena Ramadhan adalah syahrut-taubah.
Di samping itu, usahakan pula masuk bulan Ramadhan dalam keadaan mensucikan
diri. Dalam hal ini semua amanah agar diselesaikan/ditunaikan, baik amanah yang
terkait langsung dengan Allah SWT (misalnya seperti hutang shaum) maupun dengan
sesama (misalnya pinjaman barang-barang, atau hutang, dll).
6.
Mempersiapkan sarana dan prasarana
Untuk mengkondisikan
tercapainya upaya 1 s/d 5, hendaknya dipenuhi semua sarana dan prasarana yang
diperlukan, misalnya: (a) dana yang halal, (b) Al-Qur’an/bahan bacaan, hadits,
sirah, dll., (c) pakaian, sajadah, mukena, peci, dll., (d) pemakmuran
mushalla/masjid dll., (e) kendaraan untuk berda’wah, serta sarana-sarana lain
yang diperlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar