Kamis, 19 Maret 2015

RISALAH RAMADHAN

KHUTBAH RASULULLAH MENYAMBUT BULAN RAMADHAN

Wahai manusia! Sesungguhnya kalian telah dinaungi oleh bulan nan agung yang penuh barokah, bulan di mana di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa di bulan tersebut sebagai wajib, sedangkan sholat di malamnya sebagai sunnah. Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah pada bulan itu dengan ibadah sunnah, sama seperti orang yang menunaikan ibadah fardhu pada bulan lainnya. Barangsiapa menunaikan ibadah fardhu pada bulan itu, sama dengan menunaikan ibadah fardhu 70 kali di bulan lainnya.
Bulan Ramadhan adalah bulan sabar, pahala sabar adalah surga. Bulan Ramadhan adalah bulan solidaritas (tolong-menolong), dan bulan di mana rizki orang mukmin bertambah. Barangsiapa memberi buka puasa pada bulan itu kepada yang berpuasa, maka baginya mahgfirah (ampunan) bagi dosa-dosanya dan bebas darinya dari api neraka. Ia mendapat pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu tanpa sedikitpun mengurangi pahala orang yang berpuasa. Para sahabat bertanya: “Tidak mungkin kami semua dapat memberi makanan  berbuka puasa kepada orang yang berpuasa.” Rasulullah menjawab: “Allah SWT akan memberi pahala (seperti) itu kepada siapa saja yang meberi makanan berbuka puasa kepada orang yang berpuasa (meskipun) dengan sebutir kurma atau seteguk air.”
Bulan Ramadhan adalah bulan yang awalnya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan) dan akhirnya pemebabasan dari api neraka. Dan barangsiapa meringankan (beban) pembantu/pegawainya (di bulan) tersebut maka Allah akan mengampuni dosanya dan Allah bebaskan dia dari api neraka.
Dan perbanyaklah pada bulan Ramadhan ini empat perkara, (yakni) dua perkara untuk menyenangkan Tuhanmu, ialah membaca syahadat (asyhadu anlaa ilaaha illallah) dan membaca istighfar (astaghfirullah). Sedang dua perkara yang justru tidak boleh tidak dari padanya, ialah memohon surga dan berlindung pada Allah dari api neraka.
Barangsiapa memberi minuman bagi orang yang berbuka puasa, maka Allah akan memberinya minuman dari telagaku, ia tidak haus lagi setelah itu selama-lamanya.
(Khutbah Rasulullah di depan para sahabat pada hari terakhir dari bulan Sya’ban, diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, Al-Baihaqi, dan Ibnu Hibban dari Salman Al-Farisi, dari Nabi SAW.)

BEBERAPA PERSIAPAN MENYONGSONG HADIRNYA RAMADHAN

1.         Mempersiapkan hati/menghadirkan hati
Hadirnya hati insya Allah dapat diwujudkan melalui sikap hati ridha dan meningkatkan kerinduan terhadap Ramadhan, dan diwujudkan dalam bentuk pembersihan hati/kendali hati terhadap seluruh aktivitas/khusyu’, sehingga menghasilkan keikhlasan. Hendaknya melakukan tindakan preventif dan pengobatan terhadap segala bentuk penyakit hati. Hendaknya meningkatkan taqarrub ilallah melalui iman, amal shaleh dan do’a. Semua itu menjadi modal untuk berdakwah secara ikhlas.
2.         Mempersiapkan fisik/jasad seprima mungkin
Di samping mempersiapkan hati agar senantiasa ridha dan ikhlas terhadap seluruh ketentuan Allah, khususnya yang berkaitan dengan puasa Ramadhan, fisik atau jasad juga perlu dipersiapkan secara prima agar tetap tegar, tidak mudah letih (lesu), serta senantiasa sehat dalam melaksanakan peritah-perintahNya. Seluruh anggota tubuh hendaknya dioptimalkan dalam rangka mencegah dan menghindari hal-hal yang dapat mengurangi apalagi membatalkan nilai-nilai puasa Ramadhan (mencegah diri dari perbuatan maksiat melalui organ-organ tubuh seperti melalui mata, telinga, lisan, tangan, kaki, dll), serta dioptimalkan pula untuk meraih nilai-nilai puasa Ramadhan (memperbanyak tilawah dan taddabur Al-Qur’an, membaca do’a dan istighfar, dll). Rasulullah mencotohkan di bulan Sya’ban beliau memperbanyak puasa sunnah dalam rangka mempersiapkan puasa di bulan Ramadhan.
3.        Mempersiapkan/meningkatkan pemahaman melalui kajian/penambahan ilmu
Hendaknya disadari bahwa keabsahan dan nilai suatu amal ditentukan oleh niatnya (keikhlasan), sedangkan keikhlasan sangat ditentukan oleh kefahaman. Kefahaman sangat ditentukan oleh tambahan pengetahuan/ilmu. Pada gilirannya, peningkatan kefahaman akan membawa kepada peningkatan ilmu dan amal, sehingga akan melahirkan peningkatan prestasi. Allah SWT telah menjanjikan kelebihan bulan Ramadhan dari bulan-bulan lainnya bagi yang melaksanakan ibadah puasa, antara lain: tidurnya ibadah, diamnya baca tasbih, ibadah sunnah nilainya sama dengan ibadah wajib, ibadah wajib nilainya dilipat 70 kali, ada malam Lailatul Qadr yang lebih baik dari 1000 bulan, serta keutamaan bulan Ramadhan yang tercermin dari sebutannya yaitu syahrullah, syahrut-tarbiyah, syahrus-shobri, syahrud-da’wah, syahrul-Qur’an, syahrul-mubarak, syahrul-adhim, dll. Bagi para da’i, Ramadhan adalah kesempatan yang sangat baik untuk menyebarkan da’wah, bukan sekedar bulan peningkatan kualitas pribadi.     
4.        Mempersiapkan program
Bagi kaum muslimin, terutama para da’i harus ada program dikaitkan dengan da’wah, tidak hanya program bagi dirinya. Sebagai contoh: (a) mengkhatamkan al-Qur’an dan mentaddaburi serta mengamalkannya, untuk kemudian didakwahkan, (b) membaca, memahami dan mengamalkan hadits rasul dan sirah, untuk kemudian didakwahkan, (c) menunaikan amal-amal yaumiyah dengan ikhlas, untuk kemudian didakwahkan pada setiap kesempatan, (d) dakwah dalam keluarga, kerabat, tetangga, dst., (e) meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat melalui amar ma’ruf nahyi munkar.
5.        Mensucikan diri melalui habluminallah dan habluminannas
Ingat kategori dosa, yaitu (1) dosa syirik yang tidak terampuni kalau tidak tobat dan terbawa mati, (2) dosa yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah SWT secara langsung, (3) dosa yang berkaitan dengan sesama manusia. Ketiga kategori dosa tersebut memerlukan taubatan nashuha (tobat yang sebenar-benarnya) yang cirinya: (a) tobatnya dilandasi dengan iman (ikhlas karena Allah SWT), (b) menyesali, jera dan tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut (c) mengiringi dengan amal-amal sholeh, (d) khusus untuk kategori dosa ketiga, harus diawali dengan permintaan maaf terhadap manusia yang bersangkutan. Oleh karena itu, bereskan semua hal di atas sebelum bulan Ramadhan, karena Ramadhan adalah syahrut-taubah. Di samping itu, usahakan pula masuk bulan Ramadhan dalam keadaan mensucikan diri. Dalam hal ini semua amanah agar diselesaikan/ditunaikan, baik amanah yang terkait langsung dengan Allah SWT (misalnya seperti hutang shaum) maupun dengan sesama (misalnya pinjaman barang-barang, atau hutang, dll).
6.        Mempersiapkan sarana dan prasarana
Untuk mengkondisikan tercapainya upaya 1 s/d 5, hendaknya dipenuhi semua sarana dan prasarana yang diperlukan, misalnya: (a) dana yang halal, (b) Al-Qur’an/bahan bacaan, hadits, sirah, dll., (c) pakaian, sajadah, mukena, peci, dll., (d) pemakmuran mushalla/masjid dll., (e) kendaraan untuk berda’wah, serta sarana-sarana lain yang diperlukan.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar